PEMBORONG RAMBUTAN
Koleksi pribadi |
Waktu itu hari jumat. Suasana hari itu cerah sekali. Tiba-tiba datang seorang bapak paruh baya dengan mengendarai sepeda motor. Dia juga membawa karung berukuran besar, menghampiri bu Ani yang sedang menyapu teras rumahnya. Bu Ani pun menghentikan kegiatan menyapunya, kemudian menghampiri bapak itu.
" Ada apa pak? " tanya bu Ani pada bapak itu.
" Dijual nggak rambutannya bu? Kalau dijual, saya mau borong. " sahut bapak itu pada bu Ani.
" Berapa bapak mau borong? " tanya bu Ani kemudian.
Bapak itu pun menyebutkan harga yang dia tawarkan pada bu Ani. Perundingan pun terjadi. Setelah tawar-memawar dan harga di rasa cocok, bapak itu pun mulai memanjat pohon rambutan itu. Dipetiknya buah rambutan yang sudah merah sampai habis. Daun-daun dan ranting-ranting pun berjatuhan berserakan di tanah.
Kira-kira satu jam kemudian bapak itu pun turun. Karena sudah semua buah rambutan yang merah dipetiknya. Hanya menyisakan sedikit buah yang masih mentah saja. Lalu di pungutnya buah rambutan itu, dan dimasukkannya ke dalam karung yang dibawanya tadi. Dibuangnya sebagian daun yang menempel di tangkai rambutan itu, di patahkannya ranting-ranting yang menempel di tangkai itu. Cukup disisakan beberapa helai daun saja di tangkai itu sebagai pemanisnya. Untuk di pajang di motornya saat berjualan nanti.
Setelah semua buah rambutan masuk ke dalam karung, di ikatnya karung itu, lalu di naikkanya ke atas motor. Kemudian karung itu di ikat lagi ke badan motor, agar tidak jatuh saat dibawa. Setelah selesai, bapak itu pun pamit pada bu Ani sambil berkata, " saya antar dulu rambutan ini ya bu, nanti saya kembali lagi untuk membersihkan sampahnya, sekalian memberikan uangnya pada ibu."
Bu Ani pun menyetujui perkataan bapak itu tanpa ada rasa curiga sedikit pun. Lalu ditunggunya bapak itu. Satu jam berlalu, dua jam berlalu, sambil pelan-pelan sampah daun-daun dan ranting-ranting itu disapu. Tak terasa hari mulai gelap. Bapak itu pun tak kunjung datang.
Bahkan hingga esok harinya pun bapak itu tak juga datang. Bu Ani kesal sekali karena sudah ditipu mentah-mentah oleh bapak itu. Tapi apa mau di kata, bapak itu seakan lenyap di telan bumi.
Oleh : Mariana Siagian
Jambi, 16 September 2020
Nelangsa 😬🙄
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIya mbk..
BalasHapusya ampun..
BalasHapus😢😢
HapusHihihi...Bapak nakal. Kasian pengen makan mgkn ga ada uang. Bu Ani, relain yaaa
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSedih, mestinya selalu bayar dulu.
BalasHapusIya mbak, mau gimana lagi belum rejeki.
BalasHapusKarena rasa gembira jadi Bu ani lupa minta dp nya.
BalasHapusBisa jadi.itu cerita pengalaman pribadi sebenernya.bu Ani itu emak gw hahah
BalasHapus